Puisi Kardus  

Andai badai itu hanya semilir angin
yang menghembus dan membelai..
Luka itu bukanlah hal yang perih.
Pasti ku terjang badai bagai seorang Pemberani.

Sekiranya tebing itu bukan lereng yang mendaki
datar seperti hamparan padang rumput.
Yang mudah dipijak saat kuberlari..
Kutantang tebing layaknya seorang Penakluk.

Umpama langit berupa ketinggian yang rendah.
Tak kenal jarak dan waktu kesana.
Tak perlu jadi Buroq atau Malaikat..
Kupetik seratus bintang hadiah untuk mu.

Tapi Hidup itu adalah Ketentuan.
Bahkan jauh sebelum kehidupan itu ada.
Lalu begitu kokoh kah Taqdir itu ?
Saat belok ke kiri dan ke kanan lalu terperosok ke sisi jurang ?

Biarkan aku berpikir seperti Pemberontak.
Atau insyafkan aku jadi yang khusuk berdo'a.
Saat lorong begitu jauh dan gelap
hanya kesabaran menuntun pada Cahaya.

Tapi benarkah terang gelap yang kulihat ?
Tapi pastikah suara yang terdengar?
Bukankah semua hanya Pencitraan?
Keberadaan yang bukan sesungguhnya ?

Ketika ku "pandangi" diri mu..
Bukankah itu hanya sinar Foton yang memancar.?
yang dicerna mataku..
Lalu divisualisasikan Neuron menjadi kamu..?!

Sewaktu kudengar suara mu..
Tidak kah itu hanya getaran gelombang..?
Yang tertangkap di telinga ku.
Diteruskan otak menjadi suara yang merdu..?!

Baumu yg ku "cium" hanyalah molekul yang menguap.
Kulitmu yang ku "sentuh" hanya tumbukan elektron proton..
Panca Indera ku lah yang membentuk kesan
begitu harumnya tubuh dan mulusnya kulitmu..

Lalu apa itu Cinta?
Saat memberi tanpa dipinta...
dan menerima walau tak diberi...
Cinta Sejati...

Ya Allah, dekati aku...
Aku rindu tetesan air mata...




Ditulis setelah sholat Hajat, baca Surat Al Mulk, minum 2 gelas, rokok 2 batang, BackSound : "Salahkah" Tompi ...

0 komentar: to “ Puisi Kardus