Roepiah kita doeloe
05 September 2009
Pernahkah terpikir oleh anda, kita bisa membeli sebuah Smartphone bermerk Blackberry tipe Storm 9500 dengan harga dibawah 1juta rupiah? Pernahkah terbayang dalam pikiran anda, kita bisa membawa pulang sebuah laptop Toshiba Satellite Pro P505-S8945 18.4-Inch dengan hanya mengeluarkan kocek dibawah 2,5 juta rupiah.. Atau kagetkah kita jika membeli sebuah Motor Yamaha V-ixion baru sekitar 4 jutaan.?
Mungkin saat itu kita sedang memasuki wilayah kemustahilan yang mengawang2 dan penuh ekstasi ekonomis dan bukan dalam keadaan sesungguhnya.. Anda pasti akan berteriak "tak mungkin" dengan tanda seru yang besar2. Sayapun berpendapat itu bukan realita. Tetapi ini bisa saja merupakan sebuah keniscayaan.. Keniscayaan itu tidak terjadi saat ini tapi bisa datang kapan saja.. Apakah saya sedang membawa anda kepada gambaran yang utopis? Tidak..!
Sebenarnya yang sedang saya bicarakan adalah masalah Nilai tukar.. Nilai tuikar uang kita yang bernama Rupiah, terhadap nilai US Dollar.. Tulisan diawal tadi adalah kenyataan yang sesungguhnya jika Nilai rupiah tetap dijaga seperti pada tahun 1997an. Semenjak krisis moneter tahun 1998 hingga detik ini, rupiah kehilangan jatidirinya sebagai gambaran dari mata uang sebuah Negara yang besar. Memang dalam sejarahnya, pergerakan rupiah sempat menembus angka paling rendah hingga Rp. 35.000 per 1 Dollar US dimasa kejatuhannya bung Karno sekitar bulan Desember 1965. Tapi tahukah anda bahwa pada tahun 1946, tecatat nilai kurs 1 dollar US sebanding dengan Rp. 1,88. Artinya kita bisa membeli Blackberry seharga 475 $US hanya dengan membayar tak lebih dari Rp 1.000. Blackberry cuma seharga rokok sebatang saat ini.?!
Kemudian De Javasche Bank, yang sekarang menjadi Bank Indonesia, pada tahun 1946 mengeluarkan uang kertas yang menggambarkan Nilai mata Uang Gulden sama dengan Nilai Rupiah..
Ketika ORI (Oeang Republik Indonesia)dikeluarkan dengan dektrit no 19 tahun 1946 pada tanggal 25 Oktober 1946 mempunyai nilai tukar terhadap emas Rp 2 = 1 gram emas. Jadi Rp 1 ORI pada saat dikeluarkan punya nilai dan daya beli setara dengan Rp 100.000 uang sekarang (tahun 2007).
Jika gaji perbulan seorang guru bantu dimasa itu sebesar 50 gulden. Dan 50 gulden = 50 rupiah, sedangkan 2 rupiah = 1 gram emas, maka jika dihitung bedasarkan nilai sekarang, dimana harga 1 gram emas = Rp. Rp 312.518,- maka gaji seorang guru bantu saat itu, jika dinilai pada saat ini adalah 25 gram emas * Rp 312.518 = Rp. 7.812.950,-
Jadi begitulah gambarannya, memang ada paradox dalam perumpamaan diatas. Dan saya bukan ahli Ekonomi atau moneter, tapi setidak2nya saya masih bisa matematika.. Nah sekarang pertanyaannya, bisakah kita mengembalikan kejayaan Rupiah ? Mengembalikannya ketempat terhormat, sebagai gambaran sebuah mata uang Negara yang besar ? Pasti orang2 yang duduk dilembaga moneter mensoraki "mustahil". tapi menurut saya adalah sebuah Keniscayaan..
Mungkin saat itu kita sedang memasuki wilayah kemustahilan yang mengawang2 dan penuh ekstasi ekonomis dan bukan dalam keadaan sesungguhnya.. Anda pasti akan berteriak "tak mungkin" dengan tanda seru yang besar2. Sayapun berpendapat itu bukan realita. Tetapi ini bisa saja merupakan sebuah keniscayaan.. Keniscayaan itu tidak terjadi saat ini tapi bisa datang kapan saja.. Apakah saya sedang membawa anda kepada gambaran yang utopis? Tidak..!
Sebenarnya yang sedang saya bicarakan adalah masalah Nilai tukar.. Nilai tuikar uang kita yang bernama Rupiah, terhadap nilai US Dollar.. Tulisan diawal tadi adalah kenyataan yang sesungguhnya jika Nilai rupiah tetap dijaga seperti pada tahun 1997an. Semenjak krisis moneter tahun 1998 hingga detik ini, rupiah kehilangan jatidirinya sebagai gambaran dari mata uang sebuah Negara yang besar. Memang dalam sejarahnya, pergerakan rupiah sempat menembus angka paling rendah hingga Rp. 35.000 per 1 Dollar US dimasa kejatuhannya bung Karno sekitar bulan Desember 1965. Tapi tahukah anda bahwa pada tahun 1946, tecatat nilai kurs 1 dollar US sebanding dengan Rp. 1,88. Artinya kita bisa membeli Blackberry seharga 475 $US hanya dengan membayar tak lebih dari Rp 1.000. Blackberry cuma seharga rokok sebatang saat ini.?!
Kemudian De Javasche Bank, yang sekarang menjadi Bank Indonesia, pada tahun 1946 mengeluarkan uang kertas yang menggambarkan Nilai mata Uang Gulden sama dengan Nilai Rupiah..
Ketika ORI (Oeang Republik Indonesia)dikeluarkan dengan dektrit no 19 tahun 1946 pada tanggal 25 Oktober 1946 mempunyai nilai tukar terhadap emas Rp 2 = 1 gram emas. Jadi Rp 1 ORI pada saat dikeluarkan punya nilai dan daya beli setara dengan Rp 100.000 uang sekarang (tahun 2007).
Jika gaji perbulan seorang guru bantu dimasa itu sebesar 50 gulden. Dan 50 gulden = 50 rupiah, sedangkan 2 rupiah = 1 gram emas, maka jika dihitung bedasarkan nilai sekarang, dimana harga 1 gram emas = Rp. Rp 312.518,- maka gaji seorang guru bantu saat itu, jika dinilai pada saat ini adalah 25 gram emas * Rp 312.518 = Rp. 7.812.950,-
Jadi begitulah gambarannya, memang ada paradox dalam perumpamaan diatas. Dan saya bukan ahli Ekonomi atau moneter, tapi setidak2nya saya masih bisa matematika.. Nah sekarang pertanyaannya, bisakah kita mengembalikan kejayaan Rupiah ? Mengembalikannya ketempat terhormat, sebagai gambaran sebuah mata uang Negara yang besar ? Pasti orang2 yang duduk dilembaga moneter mensoraki "mustahil". tapi menurut saya adalah sebuah Keniscayaan..
Minggu, 14 Februari, 2010
jangan lupa nilai di dalam undang-undang tersebut pada pasal satu dijelaskan bahwa
dasar tukar ORI terhadap emas adalah Rp10 ORI = 5 gram emas..
kita dapat berkalkulasi berapa nilai seharusnya uang ini dengan memakai harga emas saat ini
Note=hanya berlaku bagi ORI 1 dan 2 (paling awal)
setelah itu terjadi inflasi besar terhadap uang ORI Mulai ORI 3,4 hingga ORI baru