Salah kaprah berbuka puasa dengan yang manis-manis.  

Ada hal yang makin berkembang di masyarakat kita tentang seputar berbuka puasa. Katanya saat berbuka puasa kita harus mendahulukan dengan makan atau minum yang manis manis. Mereka mengira berbuka puasa dengan yang manis merupakan hal yang dicontoh oleh Nabi dengan kebiasaan beliau berbuka dengan Korma. Apakah hal ini benar.?

Dalam ilmu kesehatan (yang saya baca) bahwa saat berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kalau kita berbuka puasa dengan diawali makan yang manis-manis, kadar gula darah akan langsung melonjak naik, Hal ini sangat tidak sehat. Memacu kerja pankreas. Makanya setelah bulan Romadhon banyak dijumpai tubuh seseorang malah menjadi terlihat gemuk, karena penumpukan lemak di perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu terjadi karena kita langsung membanjiri buka puasa kita dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya) , sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak. Makanya para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka.

Karena itu sebenarnya kita salah kaprah jika mengikuti gaya berbuka puasa seperti itu. Dan kebiasaan itu tentunya harus dirobah.

Berbuka puasa dengan Kurma tidak sama dengan yang manis-manis..

Dari Anas bin Malik ia berkata : "Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud). Di hadist lain pun Rosul berkata "Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.".

Apakah sama Kurma dengan yang makanan dan minuman yang manis-manis? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate). Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate). Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan. Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa 'manisan kurma', bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.

Jadi menurut saya, jika kita tidak punya korma sebagai makanan untuk berbuka (kalaupun ada pasti korma yang sudah berbentuk manisan) makalebih baik kita minum air putih atau jus buah. Jangan minum minuman dingin atau yang dicampur es. Karena es dapat menahan rasa lapar sehingga hidangan lain yang lebih bergizi tidak dapat disantap dan akibatnya akan mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan. Setelah itu kerjakan ibadah shalat Magrib dan makan makanan buka seperti makan malam. Atau Anda dianjurkan untuk menundanya setelah selesai shalat Tarawih.